BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 19 November 2010

:♥::♥:: IBU.. adda Surga di bawah telapak kakimu.. :♥::♥::

Menjadi ibu, bagi kita adalah mimpi-mimpi yang dilatih dengan kerinduan,
cinta, dan asahan rasa. Seruak cita itu adalah fithrah paling indah
yang dikaruniakan Allah. Kecenderungan , rasa, kemuliaan!
IBU...!
Mulia cukup dengan telapak
kaki perjuangan. Karena tak seorang pria pun memiliki kedudukan ini :
tak seorang pria pun! Demi Allah, tak seorang pria pun!
IBU...!
Panggilan yang begitu
menggetarkan, membiru haru, menggemakan rasa terdalam di diri setiap
wanita. Selalu dan senantiasa! Ada nuansa, cita, imaji, dan gairah
setiap kali kata tiga huruf plus tiga titik dan tanda seru itu
diteriakkan oleh sosok-sosok mungil yang menyambut kehadirannya.
IBU...!
Ini
kata tentang perempuan madrasah agung. Tempat anak-anak mempertanyakan
semesta dengan bahasa paling akrab, harapan paling memuncak, dan
keingintahuan paling dalam. Ini dermaga pengaduan paling luas saat
mereka merasa teraniaya. Ini belai paling menenteramkan saat mereka
gelisah. Dan ini dekapan paling memberi rasa aman saat mereka ketakutan.
Ibu, perpustakaan paling lengkap, kelas paling nyaman, lapangan paling
lapang, tak pernah ia bisa digantikan oleh gedung-gedung tak bernyawa.
IBU...!
Panggilan yang meneguhkan
status kemanusiaan. Dan kehormatan. Ibumu disebut tiga kali di depan,
baru ayahmu menyusul kemudian. Begitulah Rasulullah menegaskan. Ia juga
panggilan yang membawa makna perjuangan. Pegalnya membawa kandungan,
susahnya posisi berbaring, dan sakitnya melahirkan. Tapi juga senyum
manis di saat berdarah-darah mendengar tangis sang putera pecah.
IBU...!
Banyak wanita yang kini
enggan menjadi kata itu, maka kata itu pun enggan menjadi mereka. Betapa
sulit meminta wanita bersedia punya anak di Singapura misalnya. Ketika
mereka menolak janji-janji kata itu, kata Ustadz Anis Matta dalam Ayah,
menganggapnya sebagai gerbang menuju neraka, menganggapnya sebagai pintu
penjara, kata itu justru enggan membantu mereka melepaskan diri dari
jeratan kesendirian, membasuh kulit mereka yang melepuh akibat sengatan
matahari. Kata itu jadi enggan menyediakan dermaga tempat mereka
menambat perahu hati, berlabuh dari galau kehidupan.
IBU...!
Mungkin memang tak
sesederhana itu. Karena posisi ibu adalah anugerah, yang keimanan pun
bukan jaminan Allah pasti mengaruniakannya pada kita. Persis sebagaimana
‘Aisyah, Hafshah, Zainab binti Jahsy, dan lainnya. Ya, tapi mereka kan
ummahatul mukminin, ibu dari semua orang beriman, kata kita. Pada posisi
ini, memang. Tetapi mengandung, melahirkan, menyusui, menimang adalah
bagian dari saat yang dinanti bersama hakikat kata Ibu..! Itu yang juga
tak dirasai oleh ‘Aisyah sekalipun.Atau terkadang penantian panjang,
kegelisahan, kecemasan, dan kata seterusnya jika panggilan itu tak
segera hadir adalah ujian lain dari Allah. Alasan kesehatan, kerawanan
melahirkan pada usia tertentu, menjadi gurita kecemasan lain yang
mencoraki ujian itu. Lalu Allah menjawab di antara doa hambaNya, isteri
Ibrahim dengan si shalih Ishaq, isteri ‘Imran dengan si suci Maryam, dan
isteri Zakariyya dengan si ‘alim Yahya. Setelah penantian panjang, doa
yang menghiba, dan rasa yang tersembilu...
IBU...!
Lepas dari itu, sekali lagi adalah menakjubkan
urusan orang mukmin. Persis seperti kata Rasulullah, menakjubkan! Karena
setiap halnya adalah kebaikan. Dan itu tidak terjadi kecuali bagi orang
mukmin. Jika disinggahi nikmat, ia bersyukur, maka kesyukuran itu baik
baginya. Jika ditamui musibah ia bersabar, maka sabar itu baik baginya.
Jika syukur dan sabar itu dua ekor tunggangan, kata ‘Umar, aku tak
peduli harus mengendarai yang mana.Menjadi ibu hakiki, yang
melahirkan ataupun tidak, setelah ikhtiar paling gigih, doa paling
tulus, dan tawakkal paling terpasrah, adalah kemuliaan tanpa berkurang
sepeserpun. Tidak sedikitpun. Semuanya mulia.
IBU...!
Melodi paling harmoni yang
menggemakan jagad dengan jihad agungnya.

(Baarakallaahu Laka, Bahagianya Merayakan
Cinta, Salim A. Fillah)

Bila kuingat
masa kecilku, ku slalu menyusahkanmu
Bila kuingat masa kanakku, ku slalu mengecewakanmu
Banyak sekali pengorbananmu yang kau
berikan padaku
Tanpa letih
dan tanpa pamrihKau berikan
semua itu
Engkaulah yang
kukasihi
Engkaulah yang
kurinduKuharap slalu doamu
Dari dirimu ya IBU…
Tanpa doamu takkan kuraih
Tanpa doamu takkan kucapai
Segala cita yang kuinginkan
Dari dirimu ya IBU…
(Ingatlah
Ibu_Shoutul Haq)

Ya Allah, cintai
Ibuku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan Ibu...,. Ampunilah segala dosa-dosanya dan
sayangilah beliau sebagaimana
beliau menyayangi aku selagi aku kecil. Betapa aku sangat mencintainya,
begitu mencintainya…
"Titip
Ibuku ya Allah"“Jagalah
beliau ketika penjagaanku tak sampai padanya”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar